Contoh 4:






Kita akan merancang sebuah Band Pass Filter (BPF) dengan frekuensi cut off sebesar


2000 Hz (untuk daerah rendah) dan 5000 Hz (untuk daerah tinggi). Frekuensi sampling


yang ditetapkan adalah 10000 Hz. Orde filter ditetapkan sebesar 32. Beberapa bagian


program diatas perlu modifikasi seperti berikut.


Wn1 = [.20, .50];


BP = fir1(N,Wn1);



Hasilnya akan didapatkan respon frekuensi seperti pada Gambar 6 berikut ini.



Gambar 6. Respon Frekuensi Band Pass Filter



Contoh 5:


Kita akan merancang sebuah High Pass Filter (HPF) dengan frekuensi cut off sebesar


5000 Hz (untuk daerah tinggi). Frekuensi sampling yang ditetapkan adalah 10000 Hz.


Orde filter ditetapkan sebesar 32. Beberapa bagian program diatas perlu modifikasi


seperti berikut.


Wn2 = .50;


HP = fir1(N,Wn2,’high’);










27













Hasilnya berupa akan didapatkan respon frekuensi seperti pada Gambar 7 berikut ini.



Gambar 7 Respon Frekuensi High Pass Filter



2.3. Filter Pre-Emphasis


Dalam proses pengolahan sinyal wicara pre emphasis filter diperlukan setelah proses


sampling. Tujuan dari pemfilteran ini adalah untuk mendapatkan bentukspectral


frekuensi sinyal wicara yang lebih halus. Dimana bentukspectral yang relatif bernilai


tinggi untuk daerah rendah dan cenderung turun secara tajam untuk daerah fekuensi diatas


2000 Hz.












Filter pre-emphasis didasari oleh hubungan input/output dalam domain waktu yang


dinyatakan dalam persamaan beda seperti berikut:






dimana:



y(n) = x(n) – ax(n1)



(3)





a merupakan konstanta filter pre-emhasis, biasanya bernilai 0.9 < a < 1.0


Dalam bentuk dasar operator z sebagai unit filter, persamaan diatas akan memberikan


sebuah transfer function filter pre-emphasis seperti berikut.





H(z) = 1− az−1



(4)





Bentuk ini kemudian akan memberikan dasar pembentukan diagram blok yang


menggambarkan hubungan input dan output seperti pada Gambar 8.








Dengan memanfaatan perangkat lunak Matlab kita akan dengan mudah mendapatkan


bentuk respon frekuensi filter pre-empasis.



clear all;


w=0:.01:3.14;


a=0.93;


H=1-a*exp(-j*w);


plot(w/3.14,20*log10(abs(H)),’linewidth’,2)


grid


axis([0 1.00 -25 10])


xlabel(’frekuensi ternormalisasi’)


ylabel(’magnitudo (dB)’)


title(’Pre-Emphasis filter’)









29










Gambar 10. Respon frekuensi filter pre-emphasis








Dengan nilai a = 0,93 akan mampu melakukan penghalusan spectral sinyal wicara yang


secara umum mengalami penurunsan sebesar 6 dB/octav.


Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pengaruh sebenarnya filter ini


pada sebuah sinyal wicara? Untuk itu anda dapat memanfaatkan program dibawah ini.



clear all;


fs=10000;[x,fs]=wavread(’a.wav’);


xx=length(x)+1;x(xx)=0; alpha=0.96;


for i=2:xx


y0(i)=x(i-1);


end


for i=1:xx


y(i) = x(i) - alpha*y0(i);


end


subplot(211)


t=1:xx;


plot(t/fs,y);legend(’input’);grid


xlabel(’waktu (dt)’); ylabel(’magnitudo’);axis([0 0.7 -0.25 0.25]);


subplot(212)


plot(t/fs,y0); legend(’output’);grid


xlabel(’waktu (dt)’); ylabel(’magnitudo’); axis([0 0.7 -1 1.5])









30















Hasilnya adalah berupa sebuah gambaran bentuk sinyal input dan output dari file sinyal


wicara ’a.wav’ dalam domain waktu.



Gambar 11.Sinyal input dan output dari pre-emphasis filter dalam domain waktu



Sedangkan hasil yang didapatkan dalam bentuk domain frekuensi adalah seperti berikut.



Gambar 12. Sinyal input dan output dari pre-emphasis filter dalam domain frekuensi









3